Rabu, 17 Juni 2009

PANDANGAN ISLAM TENTANG MASALAH EKONOMI

Menururt Islam, masalah ekonomi bukan disebabkan oleh kelangkaan sumber-sumber material ataupun terbatasnya kekayaan alam. Benar bahwa sumber-sumber produksi terbatas, sementara kebutuhan manusia banyak dan beragam. Memanh benar, masyarakat impian dapat menikmati sumber-sumber yang terbatas, terbatas dari kesulitan-kesulitan ekonomi. Tidak ada orang miskin, setiap orang dapat memnuhi segala kebutuhannya.

Namun, ini tidak berarti bahwa masalah ekonomi yang dihadapi oleh kemanusiaan muncul akibat ketiadaan masyarakat impian itu. Dikatakan bahwa masalah ekonomi muncul karena hal itu, lebih merupakan semacam penghindaran terhadap penyebab sebenarnya yang ada solusinya, dengan menyuguhkan penyebab imajiner yang tidak ada solusinya, dengan menyuguhnkan penyebab iamnjiner yang tidak ada solusinya. Ini juga hanya menjadi justifikasi bagi apa yang dianggap sebagai solusi, yakni peningkatan kekayaan, yang pada gilirannya malah akan mengarah kepada pembentukan system ekonomi dalam kerangka masalah ekonomi. Inilah yang dilakukan kapitalisme dengan menyuguhkan penyebab imajiner bagi masalah ekonomi. Seolah-olah selama pemanfaatan alam tidak optimal atau alam tidak mampu memnuhi seluruh kebutuhan dan keinginan manusia, niscaya berbagai kebutuhan dan keinginan itu akan berbenturan satu sama lain, dan dalam kasus ini pembentukan system ekonomi yang mengatur berbagai kebutuhan dan keinginan itu serta menentukan kebutuhan dan keinginan mana yang harus dipenuhi, menjadi tak terhindarkan.

Islam menolak mengakui semua itu, dan memandang masalah ekonomi dari sisi faktualnya yang memiliki solusi. Dan solusi itu ada dalam firman Allah, “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rejeki untuk kalian, dan Dia telah menundukan bahtera bagi kalian supaya nahtera itu berlayar dilautan dengan kehendaknya, dan dia telah menundukan (pula) bagi kalian sungai-sungai. Dan Dia telah menundukan (pula) bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar (pada orbitnya); dan telah menundukan bagi kalian malam dan siang. Dan dia telah memberikan kepada kalian (keperluan aklian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepadanya. Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kalian menghingakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat (nikmat Allah)” (Q.S. Ibrahim : 32-34).

Setelah menerangkan sunber-sumber kekayaan yang telah Allah anugerahkan kepada manusia, ayat-ayat suci di atas meyakinkan bahwa sumber-sumber kekayaan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, juga cukup untuk memenuhi segala yang manusia minta (dan Dia telah memberikan kepda kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya). Jadi, masalah ekonomi sebenarnya tidak muncul akibat terbatasnya (sumber dan kekayaan) alam atau ketidak mampuan alam dalam memproses kebutuhan manusia. Sesungguhnya masalah ekonomi dimunculkan oleh manusia itu sendiri, yakni dari kezaliman dan keingkaran mereka, sebagaimana dinyatakan dalam bagian akhir ayat di atas (Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari [nikmat Allah]). Kezaliman manusia dalam hal distribusi kekayaan dan keingkaran mereka atas nikmat Allah (dengan semena-mena mengeksploitasi sumber-sumber yang Allah anugerahkan kepada mereka) adalah dua faktor yang menciptakan kesengsaraan hidup bagi manusia sejak awal sejarah. Masal ini dapat diatasi dengan mengakhiri kezaliman dan keingkaran manusia, yakni dengan menciptakan hubungan yang baik antar distribusi dan mobilisasi segenap sumber daya material untuk memakmurkan alam serta menyibak segala kekayaannya.

0 komentar: